Standard ganda yang digunakan Amerika serikat yang tidak mau ada kekuatan Negara lain mengancam kekuatannya memaksa Amerika meneruskan perang di Afganistan, tidak segera menarik pasukannya dari Irak dan diduga kuat ikut mencampuri pemilu di Iran melalui agen CIA-nya. Campur tangan Amerika terhadap Negara-negara tersebut dengan alas an kemampuan Negara tersebut mengembangkan teknologi persenjataan ultra modern, sementara itu Amerika dan sekutunya sudah terlebih dahulu memiliki persenjataan seperti itu. Demikianlah , Negara maju senantiasa menerapkan standard ganda terhadap negara berkembang.
Perang ekonomi terjadi antara Amerika dan China di Asia, Amerika sendiri berhutang USD 2 trilyun kepada China. Tidak mustahil uang china akan di pakai di Asia seperti Eoro di pakai di Eropa. Amerika yang telah banyak menanamkan uangnya di Indonesia pasti tidak akan melepaskann pengaruhnya begitu saja, menjelang Pilpres 2009 demi menjaga kepentingannya, tidak mustahil agan-agen Amerika akan berusaha agar presiden dan kekuatan politik pemenang pemilu adalah dari kelompok yang mendukung kepentingan Amerika. Sementara itu barang-barang produksi China terus membanjiri pasara Indonesia, China juga akan mewujudkan investasi di sector minyak senilai USD 2 milyard.
Orde Reformasi sangat trauma dengan IMF maka segera melunasi hutang terhadap IMF + USD 160 milyard dengan cara mengeluarka Surat Utang Negar (SUN), berupa onligasi dengan bunga mencapai 20%. Jika dibandingan hutang terhaap IMF dengan obligasi, sebenarnya tanggungan pemerintah terhadap obligasi lebih berat, karena apabila jatuh tempo harus dibayar, selain itu obligasi yang dikeluarkan pemerintah hanya digunakan untuk membayar hutang terhadap IMF, tidak digunakan untuk program pembangunan.
Neo kapitalisme berjalan beriringan dengan globalisasi sehingga tidak satupun negara yang mampu terhindar dari dinamika globalisasi ini. Indonesia juga tidak mampu menghindar dari tekanan dan dinamika globalisasi tersebut, bahkan Suharto pernah mengatakan bahwa “Siap tidak siap sekarang kita hidup di zaman globalisasi”. Zaman globalisasi adalah zaman perdagangan bebas antar negara. Dapat kita bayangkan apa yang akan terjadi jika negara maju yang industrinya sudah mapan dan kuat harus bersaing dengan Negara berkembang yang teknologi dan industrinya pas-pasan. Pastilah Negara berkembang akan kalah dalam persaingan tersebut, dan hasil produksi Negara maju yang lebih murah akan masuk ke Negara berkembang. Negara berkembang akan menjadi negara konsumen, akibatnya industri negara berkembang tidak tumbuh karena hasil produksinya lebih mahal dari barang impor.
Karena sifat kapitalisme adalah menghisap pihak lain, dengan proteksi yang dilakukan oleh tiap-tiap Negara, praktek ekploitasi pihak lain tidak dapat dilakukan sehingga globalisasi yang didamba-dambakan tidak dapat segera terwujud. Keserakahan pelaku system ekonomi kapitalis akhirnya menghisap rakyatnya sendiri, sehingga masing-masing Negara menghadapi peningkatan pengangguran dan kemiskinan.
Di bawah ini beberapa hal yang menyangkut praktek kapitalisme yang telah mendominasi perannya :
Perang ekonomi terjadi antara Amerika dan China di Asia, Amerika sendiri berhutang USD 2 trilyun kepada China. Tidak mustahil uang china akan di pakai di Asia seperti Eoro di pakai di Eropa. Amerika yang telah banyak menanamkan uangnya di Indonesia pasti tidak akan melepaskann pengaruhnya begitu saja, menjelang Pilpres 2009 demi menjaga kepentingannya, tidak mustahil agan-agen Amerika akan berusaha agar presiden dan kekuatan politik pemenang pemilu adalah dari kelompok yang mendukung kepentingan Amerika. Sementara itu barang-barang produksi China terus membanjiri pasara Indonesia, China juga akan mewujudkan investasi di sector minyak senilai USD 2 milyard.
Orde Reformasi sangat trauma dengan IMF maka segera melunasi hutang terhadap IMF + USD 160 milyard dengan cara mengeluarka Surat Utang Negar (SUN), berupa onligasi dengan bunga mencapai 20%. Jika dibandingan hutang terhaap IMF dengan obligasi, sebenarnya tanggungan pemerintah terhadap obligasi lebih berat, karena apabila jatuh tempo harus dibayar, selain itu obligasi yang dikeluarkan pemerintah hanya digunakan untuk membayar hutang terhadap IMF, tidak digunakan untuk program pembangunan.
Neo kapitalisme berjalan beriringan dengan globalisasi sehingga tidak satupun negara yang mampu terhindar dari dinamika globalisasi ini. Indonesia juga tidak mampu menghindar dari tekanan dan dinamika globalisasi tersebut, bahkan Suharto pernah mengatakan bahwa “Siap tidak siap sekarang kita hidup di zaman globalisasi”. Zaman globalisasi adalah zaman perdagangan bebas antar negara. Dapat kita bayangkan apa yang akan terjadi jika negara maju yang industrinya sudah mapan dan kuat harus bersaing dengan Negara berkembang yang teknologi dan industrinya pas-pasan. Pastilah Negara berkembang akan kalah dalam persaingan tersebut, dan hasil produksi Negara maju yang lebih murah akan masuk ke Negara berkembang. Negara berkembang akan menjadi negara konsumen, akibatnya industri negara berkembang tidak tumbuh karena hasil produksinya lebih mahal dari barang impor.
Karena sifat kapitalisme adalah menghisap pihak lain, dengan proteksi yang dilakukan oleh tiap-tiap Negara, praktek ekploitasi pihak lain tidak dapat dilakukan sehingga globalisasi yang didamba-dambakan tidak dapat segera terwujud. Keserakahan pelaku system ekonomi kapitalis akhirnya menghisap rakyatnya sendiri, sehingga masing-masing Negara menghadapi peningkatan pengangguran dan kemiskinan.
Di bawah ini beberapa hal yang menyangkut praktek kapitalisme yang telah mendominasi perannya :
- Karena hampir seluruh negara di dunia sudah merdeka, tiap bangsa yang merdeka mempunyai kedudukan yang sama di PBB. Karena persamaan kedudukannya itu, maka dalam bidang ekonomi, khususnya perdagangan juga harus ada persamaan. Globalisasi yang diprakarsai Amerika menghendaki berlakunya “perdagangan bebas antar negara” (Liberation of trade)., yang pada dasarnya adalah merupakan reinkarnasi dari kapitalisme dari kapitalisme yang senantiasa berusaha menghisap pihak lain.
- Hasrat untuk senantiasa menghisap pihak lain inilah yang kemudian mendorong Negara-negara bekas negara kolonialis untuk mencari jalan bagaimana dapat kembali menghisap negara bekas jajahannya pada era kemerdekaan. Caranya adalah dengan perdagangan bebas yang kemudian melahirkan neo kapitalisme di bidang ekonomi dan neo liberalisme di bidang politik.
- Krisis Finansial yang melanda Amerika pada 2008 merupakan konsekwensi dari keserakahan kapitalisme. Kapitalisme menghisap dirinya sendiri, Amerika serikat sebagai kampium kapitalisme mengalami krisis keuangan karena keserakahan pelaku sistem ekonomi kapitalismenya sendiri. Goncangan krisis ini berdampak ke hampir seluruh dunia. Kuota ekspor negara berkembang ke negara maju dikurang hingga mencapai 30 %, termasuk Indonesia, Kouta Ekspor Indonesia mengalami penurunan drastis, Industri macet, PHK mulai banyak terjadi, pengangguran bertambah dan kemiskinan menigkat.
- Untuk melindungi industri dan perekonomiannya, tiap negara melakukan proteksi, agar krisis yang terjadi tidak meningkat menjadi depresi. Kuota impor dari negara lain dibatasi. Perdagangan dunia menjadi lesu, karena ekspor ke negara maju dibatasi, dan kondisi perekonomian dalam negeri negara-negara berkembang tersebut juga sedang melemah.
- Krisis dan resesi global telah mengakibatkan perekonomian Indonesia makin sulit, dimana sector riil belum bangkit, meskipun pemerintah telah meluncurkan program-program pemulihan ekonomi.. Beban perekonomian belum menunjukkan perbaikan sementara investasi baru sangat sulit diperoleh.
- Sentimen terhaap IMF yang tidak memberikan pengaruh berarti terhadap perekonomian Indonesia, bahkan program-program IMF memperpuruk prekonomian Indonesia.
- Eskalasi hutang Indonesia sangat menghawatirkan apabila dibandingakn dengan kemampuan membayar hutang tersebut.
- Dalam mengatasi masalah hutang pemerintah, menggunakan falsafah “gali lobang tutup lobang” Kenaikan rata-rata hutang Indonesia pada masa Pemerintahan SBY – JK 10,3% per tahun. Artinya adalah :
- kewajiban membayar hutang membengkak
- Sepertiga penerimaan pajak untuk membayar cicilan dan bunga hutang
- Bank Indonesia pada 2008 telah memngingatkan tentang hutang luar negeri tersebut...