Selasa, 06 April 2010

GLOBALISASI VS KRISIS KEUANGAN GLOBAL


Standard ganda yang digunakan Amerika serikat yang tidak mau ada kekuatan Negara lain mengancam kekuatannya memaksa Amerika meneruskan perang di Afganistan, tidak segera menarik pasukannya dari Irak dan diduga kuat ikut mencampuri pemilu di Iran melalui agen CIA-nya. Campur tangan Amerika terhadap Negara-negara tersebut dengan alas an kemampuan Negara tersebut mengembangkan teknologi persenjataan ultra modern, sementara itu Amerika dan sekutunya sudah terlebih dahulu memiliki persenjataan seperti itu. Demikianlah , Negara maju senantiasa menerapkan standard ganda terhadap negara berkembang.

Perang ekonomi terjadi antara Amerika dan China di Asia, Amerika sendiri berhutang USD 2 trilyun kepada China. Tidak mustahil uang china akan di pakai di Asia seperti Eoro di pakai di Eropa. Amerika yang telah banyak menanamkan uangnya di Indonesia pasti tidak akan melepaskann pengaruhnya begitu saja, menjelang Pilpres 2009 demi menjaga kepentingannya, tidak mustahil agan-agen Amerika akan berusaha agar presiden dan kekuatan politik pemenang pemilu adalah dari kelompok yang mendukung kepentingan Amerika. Sementara itu barang-barang produksi China terus membanjiri pasara Indonesia, China juga akan mewujudkan investasi di sector minyak senilai USD 2 milyard.

Orde Reformasi sangat trauma dengan IMF maka segera melunasi hutang terhadap IMF + USD 160 milyard dengan cara mengeluarka Surat Utang Negar (SUN), berupa onligasi dengan bunga mencapai 20%. Jika dibandingan hutang terhaap IMF dengan obligasi, sebenarnya tanggungan pemerintah terhadap obligasi lebih berat, karena apabila jatuh tempo harus dibayar, selain itu obligasi yang dikeluarkan pemerintah hanya digunakan untuk membayar hutang terhadap IMF, tidak digunakan untuk program pembangunan.


Neo kapitalisme berjalan beriringan dengan globalisasi sehingga tidak satupun negara yang mampu terhindar dari dinamika globalisasi ini. Indonesia juga tidak mampu menghindar dari tekanan dan dinamika globalisasi tersebut, bahkan Suharto pernah mengatakan bahwa “Siap tidak siap sekarang kita hidup di zaman globalisasi”. Zaman globalisasi adalah zaman perdagangan bebas antar negara. Dapat kita bayangkan apa yang akan terjadi jika negara maju yang industrinya sudah mapan dan kuat harus bersaing dengan Negara berkembang yang teknologi dan industrinya pas-pasan. Pastilah Negara berkembang akan kalah dalam persaingan tersebut, dan hasil produksi Negara maju yang lebih murah akan masuk ke Negara berkembang. Negara berkembang akan menjadi negara konsumen, akibatnya industri negara berkembang tidak tumbuh karena hasil produksinya lebih mahal dari barang impor.

Karena sifat kapitalisme adalah menghisap pihak lain, dengan proteksi yang dilakukan oleh tiap-tiap Negara, praktek ekploitasi pihak lain tidak dapat dilakukan sehingga globalisasi yang didamba-dambakan tidak dapat segera terwujud. Keserakahan pelaku system ekonomi kapitalis akhirnya menghisap rakyatnya sendiri, sehingga masing-masing Negara menghadapi peningkatan pengangguran dan kemiskinan.

Di bawah ini beberapa hal yang menyangkut praktek kapitalisme yang telah mendominasi perannya :

  1. Karena hampir seluruh negara di dunia sudah merdeka, tiap bangsa yang merdeka mempunyai kedudukan yang sama di PBB. Karena persamaan kedudukannya itu, maka dalam bidang ekonomi, khususnya perdagangan juga harus ada persamaan. Globalisasi yang diprakarsai Amerika menghendaki berlakunya “perdagangan bebas antar negara” (Liberation of trade)., yang pada dasarnya adalah merupakan reinkarnasi dari kapitalisme dari kapitalisme yang senantiasa berusaha menghisap pihak lain.
  2. Hasrat untuk senantiasa menghisap pihak lain inilah yang kemudian mendorong Negara-negara bekas negara kolonialis untuk mencari jalan bagaimana dapat kembali menghisap negara bekas jajahannya pada era kemerdekaan. Caranya adalah dengan perdagangan bebas yang kemudian melahirkan neo kapitalisme di bidang ekonomi dan neo liberalisme di bidang politik.
  3. Krisis Finansial yang melanda Amerika pada 2008 merupakan konsekwensi dari keserakahan kapitalisme. Kapitalisme menghisap dirinya sendiri, Amerika serikat sebagai kampium kapitalisme mengalami krisis keuangan karena keserakahan pelaku sistem ekonomi kapitalismenya sendiri. Goncangan krisis ini berdampak ke hampir seluruh dunia. Kuota ekspor negara berkembang ke negara maju dikurang hingga mencapai 30 %, termasuk Indonesia, Kouta Ekspor Indonesia mengalami penurunan drastis, Industri macet, PHK mulai banyak terjadi, pengangguran bertambah dan kemiskinan menigkat.
  4. Untuk melindungi industri dan perekonomiannya, tiap negara melakukan proteksi, agar krisis yang terjadi tidak meningkat menjadi depresi. Kuota impor dari negara lain dibatasi. Perdagangan dunia menjadi lesu, karena ekspor ke negara maju dibatasi, dan kondisi perekonomian dalam negeri negara-negara berkembang tersebut juga sedang melemah.
  5. Krisis dan resesi global telah mengakibatkan perekonomian Indonesia makin sulit, dimana sector riil belum bangkit, meskipun pemerintah telah meluncurkan program-program pemulihan ekonomi.. Beban perekonomian belum menunjukkan perbaikan sementara investasi baru sangat sulit diperoleh.
  6. Sentimen terhaap IMF yang tidak memberikan pengaruh berarti terhadap perekonomian Indonesia, bahkan program-program IMF memperpuruk prekonomian Indonesia.
  7. Eskalasi hutang Indonesia sangat menghawatirkan apabila dibandingakn dengan kemampuan membayar hutang tersebut.
  8. Dalam mengatasi masalah hutang pemerintah, menggunakan falsafah “gali lobang tutup lobang” Kenaikan rata-rata hutang Indonesia pada masa Pemerintahan SBY – JK 10,3% per tahun. Artinya adalah :
  • kewajiban membayar hutang membengkak
  • Sepertiga penerimaan pajak untuk membayar cicilan dan bunga hutang
  • Bank Indonesia pada 2008 telah memngingatkan tentang hutang luar negeri tersebut...

Jumat, 02 April 2010

TEORI TIGA KEBUTUHAN (DAVID MCCLELLAND


Teori dorongan berprestasi dikemukakan oleh David McCleland. McCleland adalah seorang ahli psikologi sosial yang memusatkan perhatian pada kepribadian sebagai pendorong utama perubahan. Menurutnya, karena semangat kewiraswastaanlah yang mendorong perkembangan ekonomi, maka tugas teoritis adalah menerangkan sebab-sebab kemunculan semangat itu. Semangat itu dicontohkan dalam diri pengusaha yang berlawanan dengan bayangan umum, tidak hanya didorong oleh motif untuk mencari keuntungan, tetapi lebih didorong oleh hasrat kuat untuk berprestasi, untuk mengerjakan pekerjaan yang lebih baik. Keuntungan hanyalah salah satu diantara beberapa ukuran tentang seberapa bail pekerjaan telah dikerjakan namun keuntungan tidak harus menjadi tujuan itu sendiri.

Tesis dasar McCleland adalah bahwa “masyarakat yang tinggi tingkat kebutuhan untuk berprestasinya, umumnya akan menghasilkan wiraswastaan yang lebih bersemangat dan selanjutnya menghasilkan perkembangan ekonomi yang lebih cepat. Kebutuhan untuk berprestasi yang dilambangkan dengan n-Ach atau need for Achievment adalah salah satu dasar kebutuhan manusia, dan sama dengan motif-motif lainnya, kebutuhan untuk berprestasi ini adalah hasil dari pengalaman sosial sejak kanak-kanak. Jadi, berbagai faktor sosial yang mempengaruhi cara-cara memelihara anak, selanjutnya akan membantu atau merintangi perkembangan pertumbuhan untu berprestasi. Kebutuhan untuk berprestasi ini juga adalah fungsi dari bermacam-mcam bahan bacaan yang disodorkan kepada anak. Bila kebutuhan berprestasi ini sangat berkembang, maka individu akan menunjukan perilaku yang tepat, mewujudkan semangat kewiraswastaan, dan karena itu akan bertindak sedemikian rupa untuk memajukan perkembangan ekonomi.

McCleland menemukan sebuah teknik proyektif untuk mengukur motif orang untuk berprestasi. Pada dasarnya, teknik ini mencoba memastikan sejauh mana pikiran asli orang dapat berubah menjadi ide-ide yang berorientasi kepada prestasi. Sebagai contoh, jika sorang individu menulis sebuah cerita berdasarkan atas sebuah gambar yang telah ia tunjukkan, maka kita akan dapat menghitung jumlah ide dalam cerita itu yang berhubungan dengan prestasi. Perhitungan sederhana ini kemudian dapat digunakan sebagai skor dari kebutuhan untuk berprestasi, yang mencerminkan dorongan individu itu untuk berprestasi, atau kekuatan motivasinya untuk berprestasi. Teknik proyektif yang dilukiskan diatas adalah bagian dari perkembangan awal situasi mengenai kebutuhan untuk berprestasi. Dalam upaya menjelajahi lebih baik dalam hubungan antara kebutuhan untuk berprestasi dan perkembangan ekonomi, McCleland melakukan tiga jenis riset. Pertama, mencoba menemukan tindakan kelompok untuk menemukan ukuran berprestasi dari kelompok. Kedua, mencoba menemukan ukuran individual dari motif, kepentingan, nilai-nilai, dan pelaksanaannya baik oleh para ibu amupun oleh anak mereka di berbagai negara. Ketiga meneliti perilaku, termasuk motif kegiatan para pengusaha.

Dalam risetnya Mc. Clelland menjelaskan bahwa Tipe riset Pertama Ukuran kelompok didasarkan atas ide bahwa fantasi dapat dilihat didalam kepustakaan ataupun didalam cerita-cerita yang ditulis orang kebanyakan. Cerita-cerita rakyat, buku-buku cerita yang digunakan untuk anak-anak sekolah dasar, dan bacaan imajinatif tentang masa lalu digunakan untuk memberikan skor kebuuhan berprestasi kelompok. Analisis kandungan bahan kepustakaan menghasilkan sejauh mana kepustakaan itu mnecerminkan tingkat motivasi untuk berprestasi, selanjutnya, kepustakaan itu dapat dianggap mempengaruhi anggota masyarakat dan menunjukkan cara berpikir yang “wajar” dalam masyarakat bersangkutan. Tipe riset kedua yang dilakukan McCleland dipusatkan pada sumber-sumber kebutuhan untuk berprestasi dan pada pengaruhnya di kalangan remaja. Mengapa sebagian remaja mempunyai tingkat kebutuhan berprestasi yang lebih tinggi sedangkan sebagian yang lain sangat rendah? Bagaimana hubungan antara tingkat kebutuhan untuk berprestasi itu dengan minat kejuruan dan pelaksanaannya? Jawabannya dicari dalam kaitannya dengan studi antar bangsa. Di Jepang, jerman, Brazilia dan India, sampel anak-anaknya dites dan ibu mereka diwawancarai (kecuali di India). Para ibu ini diminta pandangan mereka mengenai latihan kejuruan dan latihan bebas. Anak-anak dites dengan dua teknik proyektif : menulis cerita dan menggambar secara spontan. Anak-anak juga ditanyai sehubungan dengan nilai-nilai mereka. Tipe riset ketiga, menyangkut pengetesan kehidupan para pengusaha untuk memastikan apakah tingkat kebutuhan untuk berprestasi mereka lebih tinggi dan aktivitas kewiraswastaan mereka lebih luas dibandingkan denga orang-orang seumur mereka. Riset ini juga dilakukan antara bangsa, menyangkut para pengusaha dan profesi lain di AS, Turki, Italia, dan Polandia. Jelaslah McCleland mencoba mengenali faktor yang tak terbatas hanya pada satu kebudayaan saja. Dalam kenyataannya, mereka menunjukkan, meskipun terdapat perbedaan kebudayaan diantara bangsa-bansgsa itu,juga terdapat kesamaan mendasar dari rakyat disemua masyarakat itu yang bekerja keras menurut ukuran tertentu takkala tingkat motivasi untuk berprestasi mereka tinggi. Soalnya, apakah data yang mendukung perbedaan motif untuk berprestasi itu benar-benar bersumber dari perbedaan kebudayaan? Setelah membandingkan laju pertumbuhan ekonomi berbagai bangsa (berdasarkan peningkatan produksi tenaga listrik) dengan tingkat kebutuhan untuk berprestasi, dan kemudian membuat perbandingan historis antara laju pertuumbuhan ekonomi dan kebutuhan untuk berprestasi yang dikaitkan dengan cerita-cerita dalam kepustakaan bacaan anak-anak, McCleland menyimpulkan bahwa hubungan antara kebutuhan untuk berprestasi dan pertumbuhan ekonomi itu sangat nyata. Berlimpahnya cerita-cerita yang berorientasi pada prestasi dalam kepustakaan imajinatif zaman modern, berhubungan erat dengan laju pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat. Kesimpulan ini berlaku baik bagi negara Barat maupun negara komunis, baik bagi negara maju maupun negara sedang berkembang di kedua kelompok negara tersebut. Nampaknya tingkat perkembangan, struktur politik maupun faktor lain sejauh yang telah diketahui, tak satupun yang menghalangi hubungan ini. Orang yang tinggi tingkat motivasi untuk berprestasi, bersikap begini: “apa yang mereka inginkan, mereka usahakan untuk mendapatkannya, meskipun faktor lain dapat mengubah kecepatan mereka dalam mencapainnya.

Teori Kebutuhan Mc. Clelland menjelaskan tiga jenis motivasi, yang diidentifikasi dalam buku ”The Achieving Society” sebagai beriktu :

a. Motivasi Untuk Berprestasi
Prestasi atau Achievment adalah suatu istilah yang diperkenalkan oleh David McClelland kedalam bidang psikologi, menunjukkan keinginan individu untuk secara secara signifikan berprestasi, menguasai skil, pengendalian atau standard tinggi. n.Ach berhubungan dengan kesulitan orang untuk memilih tugas yang dijalankan. Mereka yang memiliki n. Ach rendah mungkin akan memilih tugas yang mudah, untuk meminimalisasi risiko kegagalan, atau tugas dengan kesulitan tinggi, sehingga bila gagal tidak akan memalukan. Mereka yang memiliki n. Ach tinggi cenderung memilih tugas dengan tingkat kesulitan moderat, mereka akan merasa tertantang tetapi masih dapat dicapai. Mereka yang memiliki n.Ach tinggi memiliki karakteristik dengan kecenderungan untuk mencari tantangan dan tingkat kemandirian tinggi. Orang-orang yang memiliki kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement/n-Ach) yang tinggi mencoba melampaui dan dengan demikian cenderung menghindari situasi yang berisiko rendah dan tinggi. Orang-orang yang berprestasi tinggi (achievers) menghindari situasi dengan risiko rendah karena dengan mudah mencapai kesuksesan yang bukan pencapaian yang sungguh-sungguh. Dalam proyek dengan risiko tinggi, achievers melihat hasilnya sebagai suatu kesempatan yang melampaui kemampuan seseorang. Individu dengan n. Ach tinggi cenderung bekerja pada situasi degan tingkat kesuksesan yang moderat, idealnya peluang 50%. Achievers membutuhkan umpan balik yang berkesinambungan untuk memonitor kemajuan dari pencapaiannya. Mereka lebih suka bekerja sendiri atau dengan orang lain dengan tipe achievers tinggi.

Banyak pengusaha mungkin gagal didalam kelompoknya tetapi tidak pada pekerjaannya. Mereka sangat puas dengan penghargaan yang didasarkan pada pencapaian prestasinya. Sumber n.Ach meliputi :
1. Orang tua yang mendorong kemandirian dimasa kanak-kanak
2. Menghargai dan memberi hadia atas kesuksesan
3. Asosiasi prestasi dengan perasaan positif
4. Asosiasi prestasi dengan orang-orang yang memiliki kompetensi dan usaha sendiri bukan karena keberuntungan.
5. Suatu keinginan untuk menjadi efektif atau tertantang
6. Kekuatan pribadi.

b. Motivasi Untuk Berkuasa
Kebutuhan akan kekuasaan adalah kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dalam suatu cara dimana orang-orang itu tanpa dipaksa tidak akan berperilaku demikian atau suatu bentuk ekspresi dari individu untuk mengendalikan dan mempengaruhi orang lain. Kebutuhan ini pada teori Maslow terletak antara kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri. McClelland menyatakan bahwa kebutuhan akan kekuasaan sangat berhubungan dengan kebutuhan untuk mencapai suatu posisi kepemimpinan.

n-pow adalah motivasi terhadap kekuasaan. Karyawan memiliki motivasi untuk berpengaruh terhadap lingkungannya, memiliki karakter kuat untuk memimpin dan memiliki ide-ide untuk menang. Ada juga motivasi untuk peningkatan status dan prestise pribadi.

Mereka yang memiliki kebutuhan kekuasaan (need for power/n-Pow) dapat menjadi orang yang memiliki dua tipe, personal dan institusional. Mereka yang butuh keuasaan personal menginginkan orang lain secara langsung, dan kebutuhan ini sering diterima sebagai hal yang tidak diingini. Seseorang yang membutuhkan kekuasan lembaga mau mengorganisir usaha orang lain untuk tujuan lebih lanjut dari organisasi. Manejer dengan kebutuhan kekuasaan lembaga yang tinggi cenderung lebih efektif dibandingkan dengan mereka yang membutuhkan kekuasaan personel tinggi.

c. Motivasi untuk berafiliasi/bersahabat (n-affil)
Kebutuhan akan Afiliasi adalah hasrat untuk berhubungan antar pribadi yang ramah dan akrab. Individu merefleksikan keinginan untuk mempunyai hubungan yang erat, kooperatif dan penuh sikap persahabatan dengan pihak lain. Individu yang mempunyai kebutuhan afiliasi yang tinggi umumnya berhasil dalam pekerjaan yang memerlukan interaksi sosial yang tinggi.

Mereka yang memiliki kebutuhan affiliasi (need for affiliation/n-Aff) tinggi membutuhkan hubungan kemanusiaan dengan orang lain dan membutuhkan rasa diterima dari orang lain. Mereka cenderung memperkuat norma-norma dalam kelompok kerja mereka. Orang dengan n.Aff tinggi cenderung bekerja pada tempat yang memungkinkan interaksi personal. Mereka bekerja dengan baik pada layanan customer dan situasi interaksi dengan pelanggan.

McClelland mengatakan bahwa kebanyakan orang memiliki kombinasi karakteristik tersebut, akibatnya akan mempengaruhi perilaku karyawan dalam bekerja atau mengelola organisasi.

Pengukuran Teknik McClelland untuk mengukur n.Ach, n.Aff dan n.Pow dapat dilihat sebagai suatu terobosan radikal terhadap dominasi psikometri tradisional. Bagaimanapun terobos-an ini dikenal bahwa pemikiran McClelland dengan kuat dipengaruhi oleh pekerjaan Henry Murray, yang dikenal dengan istilah Model Murray proses motivasi dan kebutuhan manusia dan pekerjaannya selama perang dunia ke II. Murry yang pertama mengenali pengaruh n.Ach, n.Pow dan n.Aff dan menempatkannya didalam konteks yang terintegrasi dengan model motivasi.

KESIMPULAN

Dengan Teori Tiga Kebutuhan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
  1. Kebutuhan untuk berprestasi tinggi – Orang yang tergolong pada high achiever harus diberikan pekerjaan yang menantang dengan sasaran akhir yang masih dapat dicapai. Bagi mereka uang bukanlah suatu motivator yang penting, yang lebih efektif adalah umpan balik atas apa yang telah mereka lakukan.
  2. Kebutuhan untuk berafiliasi tinggi – Karyawan dengan kebutuhan afiliasi yang tinggi membutuhkan lingkungan kerja yang dipenuhi dengan nuansa kerjasama yang prima.
  3. Kebutuhan akan kekuasaan – Manajemen harus menyediakan peluang untuk mengatur orang lain bagi mereka yag mencari kekuasaan.